1.
TUJUAN
Untuk melihat spora bakteri
2.
BAHAN dan ALAT
a.
BAHAN
-
Susu kental manis (yang telah dibuka selama 3
hari)
-
Aquadest
-
Alkohol
-
Pewarna
Malachit green
-
Pewarna safranin
b.
ALAT
-
Objek glass
-
Pipet tetes
-
Bunsen
-
Mikroskop
3.
PROSEDUR KERJA
a.
Bersihkan objek glass menggunakan alkohol dan
keringkan
b.
Ambil satu tetes suspensi mikroba, ratakan
setipis mungkin
c.
Kering anginkan, kemudian fiksasi diatas api
bunsen
d.
Teteskan malachite green (3 tetes) biarkan
selama 2 menit, kemudian fiksasi hingga menguap
e.
Cuci dengan air mengalir, kemudian kering
anginkan
f.
Tambahkan safranin, biarkan selama 1 menit. Cuci
dengan air mengalir dan kering anginkan
g.
Periksa dengan mikroskop, gambarkan letak spora
bakteri yang terlihat (sentral, terminal, sub terminal)
4.
PRINSIP TEORI
Melihat dan mengamati bakteri dalam
keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu tidak berwarna juga
transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan
suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah
diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu
cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi
Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam usaha
mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai
fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri dalam bentuk spora dan
amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase dimana kedua mikroorganisme itu
berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap faktor luar yang tidak menguntungkan.(Dwidjoseputro,
2001)
Sepanjang pengetahuan yang kita miliki sekarang, hanya
golongan basillah yang dapat membentuk spora, akan tetapi tidak semua basil
mampu berbuat demikian. Beberapa spesies Bacillus yang aerob dan beberapa
spesies Clostridium yang anaerob dapat membentuk spora. Spora ini lazim disebut
endospora, dikarenakan spora itu dibentuk di dalam sel. (Dwidjoseputro, 2001)
Endospora hanya terdapat pada bakteri. Merupakan tubuh
berdinding tebal, sangat refraktif, dan sangat resisten, dihasilkan oleh semua
spesies Bacillus, Clostridium dan Sporosarcina. Bakteri yang mampu membentuk
endospora dapat tumbuh dan bereproduksi selama banyak generasi sebagai sel
vegetatif. Namun pada beberapa tahapan di dalam pertumbuhannya, terjadi
sintesis protoplasma baru dalam sitoplasma vegetatifnya yang dimaksudkan untuk
menjadi spora. (Pelczar,1986)
Beberapa spesies bakteri tertentu dapat membentuk spora.
Spora dihasilkan di dalam tubuh vegetatif bakteri tersebut, dapat berada di
bagian tengah (central), ujung (terminal) ataupun tepian sel. Pelczar (1986),
menyatakan bahwa spora merupakan tubuh bakteri yang secara metabolik mengalami
dormansi, dihasilkan pada faselanjut dalam pertumbuhan sel bakteri yang sama
seperti asalnya, yaitu sel vegetatif. Spora bersifat tahan terhadap tekanan
fisik maupun kimiawi.
Santoso (2010) menyebutkan bahwa ada dua genus bakteri yang
dapat membentuk endospora, yaitu genus Bacillus dan genus
Clostridium.Strukturspora yang terbentuk di dalamtubuh vegetative bakteri
disebut sebagai ‘endospora’ (endo=dalam, spora=spora) yaitu spora yang
terbentuk di dalam tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa endospora
merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan dinding yang mengalami penebalan
serta memiliki beberapa lapisan tambahan.
Dengan adanya kemampuan untuk membentuk spora ini, bakteri
tersebut dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim.Menurut Pelczar (1986)
bakteri yang dapat membentuk endospore ini dapat hidup dan mengalami
tahapan-tahapan pertumbuhan sampai beberapa generasi, dan spora terbentuk
melalui sintesis protoplasma baru di dalam sitoplasma sel vegetatifnya.
Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora
bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora.
Contoh dari pewarnaan yang dimaksudkan oleh Volk & Wheeler tersebut adalah
dengan penggunaan larutan hijau malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan,
sel vegetative juga diwarnai dengan larutan safranin 0,5% sehingga sel
vegetative ini berwarna merah. Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat
teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetative juga dapat
diidentifikasi.Namun ada juga zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di
dalam proses pewarnaannya melibatkan treatment pemanasan, yaitu; spora
dipanaskan bersamaan dengan zat warna tersebu tsehingga memudahkan zat warna
tersebut untuk meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri, namun menurut
Dwijoseputro (1979) beberapa bakteri mampu membentuk spora meskipun tidak dalam
keadaan ekstrem ataupun medium yang kurang nutrisi. Hal ini dimungkinkan karena
bakteri tersebut secara genetis, dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangannya
memang memiliki satu fase sporulasi
5. PENGAMATAN atau GAMBAR
6. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini membahas tentang
pewarnaan spora
Prinsip : Pemanasan
akan mengembangkan lapisan luar spora sehingga zat warna utama dapat masuk
masuk ke dalam spora sehingga berwarna hijau.melalui pendinginan warna utama
akan terperangkap di dalam spora,dengan pencucian zat warna utama yang ada pada
sel vegetatif akan terlepas sehingga pada saat pewarnaan kedua (safranin), sel
vegetatif akan berwarna merah.
Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha
mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Segera setelah keadaan luar
baik lagi bagi mereka, maka pecahlah bungkus spora dan tumbuhlah bakteri. Spora
lazim disebut endospora ialah karena spora itu dibentuk di dalam sel. Endospora
jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk dari pada bakteri biasa
yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif. Sporulasi dapat dicegah, jika selalu
diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru.
Endospora dibuat irisan dapat terlihat terdiri atas pembungkus luar, korteks dan inti yang mengandung struktur nukleus. Apabila sel vegetatif membentuk endospora, sel ini membuat enzim baru, memproduksi dinding sel yang sama sekali baru dan berubah bentuk. Dengan kata lain sporulasi adalah bentuk sederhana diferensiasi sel, karena itu, proses ini diteliti secara mendalam untuk mempelajari peristiwa apa yang memicu perubahan enzim dan morfologi.
Endospora dibuat irisan dapat terlihat terdiri atas pembungkus luar, korteks dan inti yang mengandung struktur nukleus. Apabila sel vegetatif membentuk endospora, sel ini membuat enzim baru, memproduksi dinding sel yang sama sekali baru dan berubah bentuk. Dengan kata lain sporulasi adalah bentuk sederhana diferensiasi sel, karena itu, proses ini diteliti secara mendalam untuk mempelajari peristiwa apa yang memicu perubahan enzim dan morfologi.
Spora biasanya terlihat sebagai badan-badan refraktil
intrasel dalam sediaan suspensi sel
yang tidak diwarnai atau sebagai daerah tidak berwarna pada
sel yang diwarnai secara biasa. Dinding spora relatif tidak dapat ditembus, ini
pula yang mencegah hilangnya zat warna spora setelah melalui pencucian dengan
alkohol yang cukup lama untuk menghilangkan zat warna sel vegetatif. Sel
vegetatif akhirnya dapat diberi zat warna kontras. Spora biasanya diwarnai
dengan hijau malachit atau carbol fuchsin.
Spora kuman dapat berbentuk bulat, lonjong atau silindris. Berdasarkan letaknya spora di dalam sel kuman, dikenal letak sentral,subterminal dan terminal. Ada spora yang garis tengahnya lebih besar dari garis tengah sel kuman, sehingga menyebabkan pembengkakan sel kuman. Dari praktikum yang dilakukan, ditemukan bakteri bentuk Terminal.
Spora kuman dapat berbentuk bulat, lonjong atau silindris. Berdasarkan letaknya spora di dalam sel kuman, dikenal letak sentral,subterminal dan terminal. Ada spora yang garis tengahnya lebih besar dari garis tengah sel kuman, sehingga menyebabkan pembengkakan sel kuman. Dari praktikum yang dilakukan, ditemukan bakteri bentuk Terminal.
7. KESIMPULAN
Darihasil pengamatan maka dapat diperoleh kesimpulan
·
Spora
bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap
pengaruh buruk dari luar
·
Dari praktikum yang dilakukan,
ditemukan bakteri bentuk Terminal.
8. DAFTAR PUSTAKA
-
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
-
Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Jakarta : UI Press
-
Waluyo,lud. 2010. Buku Petunjuk
Praktikum Mikrobiologi Umum. Malang : UMM
-
Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Malang : Djambatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar