Kamis, 05 Mei 2016

Laporan Praktikum Mikrobiologi-Pewarnaan sederhana



   1.       TUJUAN
    Untuk mempertinggi kontras antara sel dan sekelilingnya dan mengamati bentuk-bentuk bakteri

   2.       BAHAN dan ALAT
a.       BAHAN
-          Susu kental manis (yang telah dibuka selama 3 hari)
-          Aquadest
-          Alkohol
-          Pewarna  Crystal violet

b.      ALAT
-          Objek glass
-          Pipet tetes
-          Bunsen
-          Mikroskop

   3.       PROSEDUR KERJA
a.       Bersihkan objek glass menggunakan alkohol dan keringkan
b.      Ambil satu tetes biakan dengan pipet tetes atau dapat juga dipindahkan dengan jarum inokulum bila menggunakan biakan padat
c.       Kemudian diberi satu tetes aquadest dan disebarkan merata
d.      Fiksasi dengan api bunsen (Lewatkan 10 kali diatas nyala api)
e.      Setelah benar-benar kering dan tersebar selanjutnya ditetesi  dengan pewarna crystal violet dan diamkan selama 2 menit
f.        Cuci dengan air aquadest, kemudian kering anginkan
g.       Periksa preparat dengan mikroskop, gambarkan morfologi bakteri yang terlihat


   4.      PRINSIP TEORI
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya, yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan (Hastowo, 2002).

Pengenalan bentuk mikroba, kecuali mikroalgae harus dilakukan pewarnaan terlebih dahulu agar dapat diamati dengan jelas. Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jasad, mengamati struktur dalam dan luar sel bakteri, dan melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik atau kimia jasad dapat diketahui (Hadioetomo, 1991).
Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna (Hastowo, 2002).

Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp (Hadioetomo, 1991).

Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik adalah 24 jam). Umumnya zat warna yang digunakan adalah garam-garam yang dibangun oleh ion-ion yang bermuatan positif dan negatif dimana salah satu ion tersebut berwarna (Hadioetomo. 1991).

Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuchsin yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan (Dwidjoseputro, 1994).
a.       Pewarnaan Asam
Merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam pewarnaan positif adalah metilen biru dan air fuchsin (Dwidjoseputro, 1994).
b.      Pewarnaan Basa
Pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Metode ini menggunakan tinta cina (Dwidjoseputro, 1994).


   5.      PENGAMATAN atau GAMBAR


  


   6.      PEMBAHASAN
Pada praktikum ini membahas tentang pewarnaan sederhana
Crystal violet atau ungu gentian digunakan sebagai histologis noda dalam metode gram klasifikasi bakteri. Crystal violet memiliki sifat sifat anti bakteri, jamur dan obat cacing, dan sebelumnya penting sebagai antiseptik topikal (Pelczar, 1986).

Fiksasi adalah suatu metode persiapan untuk menyiapkan suatu sampel agar tampak realistik dengan menggunakan grutaldehid dengan proses pembakaran. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada objek glass tanpa merusak struktur selnya (Lay, 1994).

Dari praktikum yang dilakukan dengan menggunakan sampel susu kental manis dengan pewarna crystal violet diperoleh bakteri dengan bentuk basil, spiral dan coccus


   7.      KESIMPULAN
    Darihasil pengamatan maka dapat diperoleh kesimpulan
·         Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut

·         Dari praktikum yang dilakukan, ditemukan bakteri dengan bentuk spiral , coccus, basil seperti urutan gambar diatas.


   8.      DAFTAR PUSTAKA
-          Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan

-          Hadioetomo,R. 1991. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi. Jakarta : Gramedia

-          Lay. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Rajawali

-          Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press

-          Waluyo,lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Malang : UMM

-          Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar