A. Pengertian Metabolisme
Metabolisme ialah semua reaksi yang mencakup semua proses
kimiawi yang terjadi di dalam sel yang menghasilkan energi dan menggunakan
energi untuk sintesis komponen-komponen sel dan untuk kegiatan-kegiatan
seluller. Seperti untuk pertumbuhan, pembelahan sel, pembaruan komponen sel,
dan lain-lain. Kegiatan kimiawi yang dilakukan oleh sel amatlah rumit,
bergamnya bahan yang digunakan sebagai unsur nutrisi oleh sel. Dalam melakukan
setiap aktivitas sel dalam tubuh sangatlah berkaitan erat dengan kerja enzim sebagai
substansi yang ada dalam sel yang jumlahnya amat kecil dan mampu menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan yang berkaitan dengan proses-proses seluller dan
kehidupan. Semua aktivitas metabolisme prosesnya dikatalisis oleh enzim. Jadi
kehidupan tidak akan terjadi tanpa adanya enzim dalam tubuh mahluk hidup.
B. Proses Metabolisme
Metabolisme
meliputi dua proses yang berlangsung serempak, yaitu:
1. Anabolisme/ Asimilasi
(Pembangunan) Merupakan sintesis protoplasma yang meliputi
proses sintesa makromolekul seperti asam nukleat, lipida dan polisakarida, dan
penggunaan energi yang dihasilkan dari proses katabolisme.
2. Katabolisme/ Desimilasi
(Perombakan) Merupakan reaksi yang menghasilkan energi
dengan memecah molekul kompleks menjadi molekul sederhanan. Proses ini juga
disebut exergonic (menghasilkan energi) (McKane and Judy Kandel,1950).
Sebelum
proses diperlukan pengaktifan sub unit yang akan dipakai dan energi tinggi
yaitu ATP. Energi untuk metabolisme diambil dari proses fermentasi, respirasi
dan proses fotosintesis. Hasil reduksi oksidasi pada semua proses selalu di
bentuk ATP, diamana energi yang dibebaskan tersimpan untuk proses selanjutnya.
Senyawa dengan tingkat energi yang sering di pakai sebagai penyalur energi.
Pada fermentasi dan respirasi energi diperoleh dari proses katabolisme
karbohidrat. Kuman heterotrof termasuk kuman pathogen yang menggunakan zat
organik sebagai sumber C untuk mendapatkan energi. Kuman autotrof membutuhkan C
dalam bentuk anorganik. Kuman autotrof kemosintetik mendapatkan energi dengan
oksidasi bahan organik seperi Fe dan NH3. Untuk mendapatkan unsur energi untuk
proses sintesis dari cahaya yang diolah menjadi energi kimia.
C. Enzim
Enzim adalah katalisator organik
(biokatalisator) yang dihasilkan oleh sel. Enzim berfungsi sebagai katalisator
anorganik yaitu untuk mempercepat reaksi kimia. Setelah reaksi berlangsung
enzim tidak mengalami perubahan jumlah sehingga jumlah enzim sebelum dan
setelah reaksi adalah tetap. Enzim mempunyai spesifitas yang tinggi terhadap
reaktan yang direaksikan dan jenis reaksi yang dikatalisis. Enzim melakukan
berbagai aktifitas fisiologik seperti penyusunan bahan organik, pencernaan, dan
pembongkaran zat yang memerlukan aktivator berupa biokatalisator.
1.
Sifat Umum Enzim
a. Disusun
oleh senyawa protein
b. Bekerja
secara spesifik yaitu hanya mengkatalisis satu macam reaksi saja
c. Aktivitas
enzim dipengaruhi suhu, PH, substrat dan inhibitor. Setiap enzim memiliki suhu
dan PH optimum.
d. Enzim memiliki sifat alosentrik, yaitu mampu berkaitan
dengan inhibitor ataupun aktivator.
2. Mekanisme Kerja Enzim
Enzim meningkatkan kecepatan reaksi dengan
cara menurunkan energi aktivasi. Energi aktivasi adalah energi yang diperlukan
untuk mengaktifkan suatu reaktan sehingga dapat bereaksi untuk membentuk
senyawa lain. Energi potensial hasil reaksi menjadi lebih
rendah, tetapi enzim tidak mempengaruhi letak keseimbangan reaksi. Saat
berlangsungnya reaksi enzimatik terjadinya ikatan, sementara enzim dengan
sunbstratnya reaktan. Ikatan sementara bersifat labil dan hanya untuk waktu
yang singkat saja. Selanjutnya ikatan enzim substrat akan pecah menjadi enzim
dan hasil akhir. Enzim yang terlepas kembali setelah reaksi dapat berfungsi
lahi sebagai biokatalisator untk reaksi yang sama.
3. Struktur Enzim
Pada umumnya enzim tesusun dari protein.
Protein penyusun enzim dapat berupa protein
sederhana atau protein yang terikat pada gugusan non protein. Banyak
enzim yang hanya terdiri dari protein saja seperti tripsin. Dialisis enzim
dapat memisahkan bagian-bagian protein, yaitu bagian protein yang disebut
apoenzim dan bagian nonprotein yang berupa koenzim, gugus protetis dan kofaktor
ion loga. Masing-masing bagian tersebuta apabila terpisah akan menjadi tidak
aktif. Apoenzim apabila bergabung dengan bagian non protein disebut holoenzim
yang bersifat aktif sebagai biokatalisator. Koenzim dan gugus prostetik
berfungsi sama. Koenzim adalah bagian yang terikat secara lemah pada apoenzim
(protein). Gugus prostetik adalah bagian yang terikat kuat pada apoenzim.
Koenzim berfungsi dalam menentukan reaksi kimia yang dikatalisis enzim. Ion
logam merupakan komponen yang sangatlah penting yang diperlukan untuk
memantapkan struktur protein dengan adanya interaksi antar muatan.
4. Klasifikasi/ Penggolongan
Enzim
a. Penggolongan Enzim
Berdasarkan Tempat Bekerjanya
1. Endoenzim
Endoenzim disebut juga enzim intraseluller yaitu enzim
yang berkerja di dalam sel. Umumnya merupakan enzim yang digunakan untuk proses
sintesis di dalam sel dan
untuk pembentukan energi (ATP) yang berguna untuk proses kehidupan sel
misalnya, dalam proses respirasi
2. Eksoenzim
Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluller yaitu enzim yang
berkerjanya di luar sel. Umumnya
berfungsi untuk mencernakan substrat secara hidrolisis untuk dijadikan molekul
yang lebih sederhana dengan berat molekul lebih rendah sehingga dapat masuk
melewati membrane sel. Energi yang dibebaskan pada reaksi pemecahan substrat di
luar sel tidak digunakan dalam proses kehidupan sel.
b. Penggolongan Enzim
Berdasarkan Daya Katalisis
1.
Oksidoreduktase
Enzim
ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi yang merupakan pemindahan elektron,
hydrogen atau oksigen. Contoh; enzim electron transfer oksidase dan hidrogen
perioksidase (katalase)
2.
Transferase
Enzim ini
mengkatalisis pemindahan gugus molekul dari satu molekul ke molekul lain.
Contoh; Transaminase, Transfosforilase, dan Transasilase
3.
Hidrolase
Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis. Contoh;
Karboksilesterase, Lipase dan Peptidase
4.
Liase
Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau
penambahan gugus dari satu molekul tanpa melalui proses hidrolisis. Contoh; L
Malat hidrolase (Fumarat), Dekarboksiiase.
5. Isomerase
Isomerase meliputi enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi
isomerisasi yaitu; Rasemase, epirerase, Co-transisomerase, Intramolekul
ketolisorerase, dan Murase.
6.
Ligase
Enzim ini mengkatalisis penggabungan dua molekul dengan
dibebaskannya molekul priposfat dari nukleosida trifosfat. Contoh; Enzim Asetat
7.
Enzim Lain dengan Tata Nama Berbeda
Ada beberapa enzim yang penamaanya tidak menurut cara
diatas misalnya enzim pepsin, triosin, dan sebagainya serta enzim yang termasuk
permease. Permease adalah enzim yang berperan dalam menentukan sifat selektif
permeabel dari membran sel.
c. Penggolongan Enzim
Berdasarkan Cara Terbentuknya
1.
Enzim Konstitutif
Kadar enzim dalam sel berjumlah normal atau tetap pada
sel hidup
2.
Enzim Adaptif
Enzim yang pembentukkannya dirangsang oleh adanya
subtract. Contoh; Enzim Beta galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E. coli
d. Penggolongan Enzim
Berdasarkan Substratnya
1.
Kerbohidrase, merupakan enzim yang menguraikan
karbohidrat yang mencakup; Amilase, maltase, Laktase, Selulase dan Pektinase.
2.
Esterase, merupakan enzim yang memecah golongan ester
antara lain; Lipase dan Posfatase.
3.
Protease, merupakan enzim yang menguraikan golongan
protein, contohnya; Peptidase, Gelatinase, dan Renin.
5. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Reaksi Enzimatik
1.
Substrat
(Reaktan)
Kecepatan reaksi enzimatik umumnya
diketahui kadarsubstrat, penambahan kadar substrat sampai jumlah tertentu
dengan jumlah enzim yang tetap, akan mempercepat reaksi enzimatik sampai
mencapai maksimum. Penambahan substrat selanjutnya tidak akan menambah
kecepatan reaksi, kecepatan reaksi enzimatik juga dipengaruhi kadar enzim,
jumlah enzim yang terikat substrat dan konstanta.
2.
Suhu
Seperti reaksi kimia pada umumnya,
maka reaksi enzimatik dipengaruhi oleh suhu. Kenaikan suhu sampai optimum akan
diikuti pula oleh kenaikan kecepatan reaksi enzimatik. Kepekaan enzim terhadap
suhu pada keadaan suhu melebihi optimum disebabkan terjadinya perubahan
fisikokimia protein penyusun enzim. Umumnya enzim mengalami enaturasi pada suhu
diatas 500 C. Walaupun demikian ada beberapa enzim yang tahan terhadap suhu tinggi, misalnnya
Taka-diastase dan Tripsin.
3.
Keasaman
(PH)
PH dapat mempengaruhi aktivitas
enzim. Daya katalisis enzim menjadi rendah pada PH rendah maupun tinggi, karena
terjadinya denaturasi enzim. Enzim mempunyai gugus aktif yang bermuatan positif
dan negatif. Aktivitas enzim akan optimum kalau terdapat keseimbangan antara
muatannya. Pada keadaan masam muatannya cenderung positif, dan pada keadaan
basis muatannya cenderung negatif sehingga aktivitas enzimnya menjadi berkurang
atau bahkan menjadi tidak aktif. PH optimum u ntuk masing-masing enzim tidak
sealu sama. Sebagai contoh amilase jamur mempunyai PH optimum 5,0 dan Arginase
mempunyai PH optimum 10.
4.
Penghambat
Enzim (Inhibitor)
Inhibitor enzim adalah zat atau
senyawa yang dapat menghambat enzim dengan beberapa cara yaitu:
a.
Penghambat Bersaing (Kompetitif)
Penghambatan disebabkan oleh senyawa
tertentu yanng mempunyai struktur mirip dengan substrat saat reaksi enzimatik
akan terjadi.
b.
Penghambat Tidak Bersaing (Non-Kompetitif)
Zat-zat kimia tertentu mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap ion, logam penyusun enzim.
c.
Penghambat Umpan Balik (Feed Back Inhibitor)
Penghambatan umpan balik disebabkan
oleh hasil akhir suatu brangkaian reaksi enzimatik yang menghambat aktivat
enzim pada reaksi pertama.
d.
Penghambat Represor
Adalah hasil akhir suatu rangkaian
reaksii enzimatik yang dapat mempengaruhi atau mengatur pembentukan enzim-enzim
pada reaksi sebelumnya.
e.
Penghambat Alosterik
Penghambat yang dapat mempengaruhi
enzim Alosteri. Enzim Alosterik adalah enzim yang mempunyai dua bagian aktif,
yaitu bagian aktif yang mengangkat substrat dan bagian yang menangkap
penghambat.
5.
Aktivator (Pengingat) atau Kofaktor
Adalah suatu zat yang dapat
mengaktivkan enzim yang semula belum aktif. Enzim yang belum aktif disebut
pre-enzim atau zymogen. Kovaktor dapat berbentuk ion-ion dari unsur H, Fe, Cu,
Mg, Mo, Zn, Co atau berupa co-enzim, vitzmin dzn enzim lain.
6.
Penginduksi (Induktor)
Induktor adalah suatu substrat yang
dapat merangsang pembentukan enzim. Sebagai contoh adalah Lactosa dappat
menginduksi pembentukan enzim Beta galaktosidase.
6. Sumber Mikroorganisme
Memperoleh Energi
Melalui
Proses oksidasi-reduksi.
Oksidasi adalah proses pelepasan elektron. Sedangkan reduksi adalah proses
penangkapan elektron. Karena elektron tidak dapat berada dalam bentuk bebas,
maka setiap reaksi oksidasi selalu diiringi oleh reaksi reduksi. Hasil dari
reaksi ksidasi dapat terbentuknya energi.
7. Dua Macam Energi yang di
Gunakan Mahluk Hidup
a. Sinar Matahari
Disebut dengan organisme
fotosintesis atau orgtanisme fototrofik.
b. Oksidasi Senyawa Kimia
Disebut dengan organisme
kemosintesis kemotrofik atau autotrofik.
8. Fotosintesis Bakteri
a.
Fotosintesis Tipe Cyanobacteria
Proses fotosintesis umumnya sama
dengan proses fotosintesis pada tanaman tingkat tinggi dengan keseluruhan
proses fotosintesis yang terjadi.
b.
Fotosintesis Tipe Noncyanobacteria
Pada proses fotosintesis
mikroorganisme tidak membutuhkan air sebagai reduktan sehingga oksigen tidak
pernah dihasilkan dari proses fotosintesis. Fotosintesis yang demikian
berlangsung secara anaerob sehingga dikenal dengan fotosintesis anaerob.
Mikroorganisme memerlukan suplai senyawa organik sebagai donor hidrogennya.
9. Mikroorganisme Berdasarkan
Tipe Pada Reduktan dan Pigmen Fotosintesisnya
a. Chlorobiceae
Disebut sebagai Green-sulfur
bacteria. Bakteri ini juga digunakan hidrogen dan beberapa senyawa yang
mengandung sulfat sebagai reduktannya.
b. Chromaticeae
Memiliki ciri pigmen merah jingga
disebut dengan purle-surful-bacteria.
c. Rhodospirillaceae
Bakteri ini menggunakan hidrogen dan
berbagai senyawa organik sebagai reduktan. Proses fotosintesis hanya dapat
berlangsung dalam keadaan anaerob.
10. Metabolisme Bakteri
a.
Metabolisme Bakteri Kemoautotrof
Organisme tidak berklorofil
mendapatkan energinya dari hasil oksidasi kimia sehingga disebut kemoautotrof
atau kemoliotrof. Melalui proses oksidasi jenis ini mengubah senyawa anorganik
menjadi senyawa organik. Seperti protein, lemak, asam nukleat dan vitamin.
Proses fotosintesis menggunakan karbondioksida untuk sintesis semua komponen
selnya yang memerlukan energi dan NADPH. Bagi bakteri fotosintesis energi ini
diperoleh dari cahaya. Pada bakteri ini energi diperoleh dari hasil oksidasi
kimia.
Berdasarkan bahan anorganik yang dioksidasi bakteri ini
di bedakan atas beberapa marga yaitu;
1.
Pengoksidasi Belerang,
contohnya Thiobacillus
2.
Pengoksidasi Amoniak,
contohnya Nitrosomonas
3.
Pengoksidasi Nitrit,
contohnya Nitobacter
4.
Pengoksidasi Hidrogen, terdapat
pada berbagai marga.
5.
Pengoksidasi senyawa
besi, contohnya Siderocapsa
b.
Metabolisme Bakteri Heterotrifik
Mikroorganisme heterotrof tidak
mampu mensintesis nutrisinya sendiri, melainkan menggantungkan diri pada bahan
organik yang dihasilkan oleh mahluk hidup lainnya. Energi diperoleh dari hasil
penguraian bahan organik seperti glukosa, atau bahan organik lainnya.
1.
Respirasi Mikroorganisme
Respirasi adalah proses pembongkaran
zat untuk mendapatkan energi yang diperlukan oleh suatu organisme. Respirasi
dibedakan menjadi respirasi aerob dan respirasi anaerob.
a.
Respirasi Aerob
Bakteri dapat menggunakan glukosa
atau zat organik lain sebagai substrat untuk dioksidasi menjadi karbon dioksida
dan air, serta diperlukannya energi. Contohnya Acetobacter.
b. Respirasi Anaerob
Pada respirasi anaerob oksigen bebas
tidak digunakan bahnkan bila terkena oksigen bebas bakteri akan mati. Salah
satu sebab tidak digunakannya oksigen bebas adalah bakteri tidak memiliki
enzim, untuk mereduksi oksigen tersebut. Contohnya Streptococcus lactis.
2.
Fermentasi
Fermentasi merupakan proses
penguraian anaerobik dari senyawa organik. Pada proses ini baik donor maupun
akseptor lektron merupakan senyawa organik. Pada glikolisis, glukosa dioksidasi
menjadi dua molekul asam piruvat.
Bergantunng pada tipe
mikroorganisme, asam pirivat akan mengalami metabolisme tambahan untuk
menghasilkan produk fermentasi akhir, yaitu;
a.
Fermentasi Asam
Homolaktat (Streptococcus dan lactobacilus)
b.
Fermentasi Beralkohol (Khamir)
c.
Fermentasi Asam Campuran
(E. coli)
d.
Fermentasi
Glikol-butilen (Enterobacter, Bacillus,
Pseudomonas)
e.
Fermentasi Asam Butirat,
Butanol, Aseton (Clostridium).
DAFTAR PUSTAKA
Akarim, nazip. 2005. Bahan Kuliah Mikrobiologi Dasar. Palembang : Universitas Sriwijaya
Palczar, michael j. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiolgi. Jakarta : Universitas Indonesia
Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan
McKane, Larry and Judy Kandel.1950.micro-biology essentials and aplications. New York
: McGraw-Hill Book Company
Tidak ada komentar:
Posting Komentar